Kamis, Juni 16, 2011

Bahagia Saat Hujan Turun



Bismillah..
~~~~Assalamu'alaukum warahmatullahi wabarakaatuh~~~~


Hujan...
tetes air yang turun membasahi bumi Mu ya Rabb...
tetes air yang menyejukkan....
sungguh sangat menyejukkan, membuat hati tenang, membuat hatiku tentram...
yaa aku bahagia saat hujan turun, karena hujan itu Rejeki yang Engkau beri,,,

tapi....
ada banyak juga yang selalu mengeluh saat hujan turun,
knp engkau mengeluh saudari ku....???
apakah karena hujan membuat agendamu batal.?
apakah karena hujan membuat rumah mu kebanjiran.?
apakah karena hujan membuat pekerjaan mu terbengkalai.?
apakah karena hujan membuat pakaian mu tidak kering.?

apakah ada diantara kita yang bertanya 
"kalau memang hujan merupakan rejeki yang diberikan sebagai ganjaran karena kita banyak beristighfar kenapa kok hujan malah menimbulkan banyak bencana seperti banjir misalnya, lalu dimana letak hujan sebagai rejeki?."
ebelum menjawab pertanyaan tersebut mari kita menyimak
ayat Alquran yang meyebut tentang hujan. Allah berfirman dalam surat Nuh:
"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun,niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat,dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan(pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (Nuh:10-12) Ketika Allah memberikan hujan sebagai ganjaran dari permohonan ampun kita padaNya. Apakah layak jika kita membenci hujan? menyalahkan hujan? Bahkan marah pada hujan ??? . Ilmu kita tidaklah dapat menjangkau banyak hal yang terkait kehendak Allah. Terkadang akal dan logika mempermainkan kita dalam memahami ayat-ayatNya.Lupakah kita bahwa tanpa adanya hujan betapa panasnya bumi saat kita bertebaran mencari rejeki disiang hari, para petani menatapi sawahnya yang kering, pepohonan mengering menunggu ajal, Wadukpun kekurangan tenaga untuk membangkitkan listrik. Turunnya hujan merupakan rejeki bagi para petani yang tanamannya kekeringan, para peternak yang hewan peliharaannya kehausan, oleh kita yang sedang kepanasan diteriknya matahari ataupun dengan terpenuhinya waduk-waduk sebagai sumber pembangkit listrik. Rejeki dari hujan sebagian yang dapat dirasakan langsung oleh kita. Lalu apakah hanya sebesar itu rejeki yang diperoleh dari hujan ??? dimana hanya bisa dirasakan oleh sebagian makhlukNya ???

Kalau kita coba menggali beberapa hadist dari rasullullah
Shallallahu'alaihi wasallam, sebagaimana berikut ini:
 
Ibnu Qudamah dalam Al Mughni, 4/342 mengatakan: "Dianjurkan untuk berdo'a ketika turunnya hujan, sebagaimana diriwayatkan bahwa
Nabi shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:,'Carilah do'a yang mustajab pada tiga keadaan: 
[1] Bertemunya dua pasukan,
[2] Menjelang shalat dilaksanakan, dan
 
[3] Saat hujan turun'."
 

(Dikeluarkan oleh Imam Syafi'i dalam Al Umm dan Al Baihaqi dalam Al Ma'rifah dari Makhul secara mursal. Dishohihkan oleh Syaikh Al Albani, lihat hadits no. 1026 pada Shohihul Jami')
Lalu dalam sebuah riwayat lainnya
Dari Sahl bin a'ad Radhiyallahu 'anhu bahawasanya
Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
"Dua doa yang tidak pernah ditolak ; doa ketika waktu adzan dan doa ketika waktu hujan".
Mustadrak Hakim dan dishahihkan oleh Adz-Dzahabi 2/113-114. Dishahihkan olehAl-Albani dalam Shahihul Jami' No. 3078). Dari kedua Hadist diatas setidaknya bisa menjawab letak hujan sebagai rejeki, memang tidak dalam bentuk materi secara langsung melainkan jauh lebih besar daripada itu dimana kita diberikan kesempatan untuk berdoa yang mana doa tersebut akan dikabulkan olehNya. Dan sebagaimana kita juga tahu kebutuhan masing-masing kita pastinya berbeda. Dalam doa kita bisa meminta sesuai dengan kebutuhan kita (tentunya harus sesuai dengan adab berdoa).

Terkadang kita berusaha mencari waktu yang baik untuk berdoa, seperti sepertiga akhir malam, doa saat berbuka puasa, doa antara adzan dan iqomah, doa pada hari arafah dan waktu-waktu lainnya sebagaimana yang dijanjikan Allah. Waktu-waktu tersebut harus ditunggu dan dipersiapkan sebelumnya misalnya tidur tidak terlalu malam dan menyalakan weker untuk bangun di sepertiga malam, atau menunggu selama setahun untuk berdoa di hari arafah dan sebagainya.
 

Khusus waktu mustajab saat hujan turun merupakan waktu yang dapat datang tiba-tiba dan bisa saja tidak pada waktu yang disebutkan sebelumnya dan tanpa perlu persiapan apapun. Tiba-tiba saja hujan dapat turun dan menjadi waktu yang mustajab untuk berdoa.Disinilah letak besarnya karunia Allah untuk kita sekaligus merupakan jawaban dari hamba-hambanya yang kerap beristighfar. DiberikanNya waktu untuk kita berdoa yang dijanjikanNya akan dikabulkan.
 

Lalu dengan adanya Hadist tersebut diatas apakah kita akan tetap membenci hujan dan melupakan Anugrah dan karuniaNya ?????

Berbahagialah saat Hujan turun...:)

(berbagai sumber n pikiran sendiri)

Rabu, Juni 15, 2011

Corat Coret Sajjjaaaaaah

                                                                        La Becce'

La Becce’ 
Becce' Lebu_Becce'Leppang_Becce Kollie

Beautiful Friendship.....



Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan
dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan
mempunyai nilai yang indah.

Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi
persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan
bertumbuh bersama karenanya..

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi
membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkanbesi,
demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya. Persahabatan
diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur-disakiti,
diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak,
namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan
dengan tujuan kebencian.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan
untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya
ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman,
tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan
dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha
pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita
membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi
mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih
dari orang lain, tetapi justru ia beriinisiatif memberikan
dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.

Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya,
karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.
Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati,
namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya.
Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun
ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.

Beberapa hal seringkali menjadi penghancur
persahabatan antara lain :
1. Masalah bisnis UUD (Ujung-Ujungnya Duit)
2. Ketidakterbukaan
3. Kehilangan kepercayaan
4. Perubahan perasaan antar lawan jenis
5. Ketidaksetiaan.

Tetapi penghancur persahabatan ini telah berhasil dipatahkan
oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinya.


Renungkan :

**Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri___Dalam masa kejayaan, teman2 mengenal kita. Dalam kesengsaraan, kita mengenal teman2 kita.”**




Kamis, Juni 09, 2011

Musuhku Jodohku

~~~~***Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh***~~~~
Ni ada kisah nyata yang saya Copas dari " Nurani Kisah Nyata Penuh Hikmah "
siLahkan di baca ya...^^
Musuhku..,Jodohku..!!!

Dari Aida di Sulsel
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pendengar Nurani yang budiman
Cintailah seseorang sekedarnya saja, sebab siapa tahu orang yang kita cintai saat ini akan menjadi orang yang paling kita benci pada satu kondisi kelak, dan bencilah seseorang sekedarnya saja sebab siapa tahu aja orang yang kita benci saat ini akan berubah menjadi orang yang paling kita cintai di kelak hari nanti, seperti halnya yang aku alami saat ini, kebencianku yang teramat sangat pada seseorang dulu saat jahiliyahku, ternyata berubah tanpa keinginanku.., yaa Rasa benci yang akhirnya berubah menjadi rasa cinta.
Pendengar Nurani yang baik
Kuawali kisahku ini dengan peristiwa silamku dimasa jahiliyah, aku adalah seorang gadis bandel yang dibesarkan dari sebuah keluarga sederhana dengan disiplin dan aturan yang sangat ketat, aku sendiri merupakan anak sulung dari 3 bersaudara, kehidupan dan tempaan aturan keluarga yang sangat keras dan ketat membawaku pada sebuah karakter yang jauh dari sifat feminim layaknya gadis-gadis pada umumnya, ditambah lagi dengan kehadiran 2 adikku lainnya yang ternayata adalah laki-laki, yang membuatku harus menerima kenyataan bahwa dari kecilku, teman bermainku didominasi oleh anak laki-laki. Begitulah..., akhirnya seorang aida tumbuh menjadi gadis tomboy dengan dikelilingi teman-teman cowok setiap harinya, dan kebiasaan itu menjadi hal yang lumrah dimata keluargaku, sebab aku sendiri menduga, bahwa mungkin kedua orang tuaku memang menginginkan aku menjadi anak yang tangguh dan tidak cengeng di hari esok nanti.
Pendengar Nurani yang baik
Kebiasaan berteman dengan anak-anak cowok itu ternyata terbawa hingga aku remaja, bukan hanya saja saat aku duduk dibangku SD dan SMP, akan tetapi juga terbawa hingga aku memasuki SMA, sebut saja Heru, seorang lelaki yang sejak kelas 1 SMP telah menjadi sahabat akrabku, bukan hanya saja akrab di kelas, tetapi juga pada event-event sekolah lainnya, seperti tenis meja, Volly ball dan bulu tangkis, ketiga cabang olah raga ini adalah hoby yang telah kumiliki sejak SMP pun demikian dengan Heru, yaahh.., boleh dibilang diantara teman-teman cowok lainnya Heru-lah temanku yang paling lama, yaitu sejak kelas 1 SMP hingga kelas 2 SMA, maklum entah karena sengaja atau kebetulan sajam kami selalu dipertemukan di sekolah dan kelas yang sama, berbeda dengan teman-teman cowok lainnya, ada yang setelah tamat SMP memilih sekolah di tempat lain, ada juga yang tetap memilih disekolah yang sama tetapi berbeda kelas, tetapi Heru, dia teman SMPku yang selalu membuntutiku baik sekolah maupun kelas dimana aku berada, dan hal itu juga membuat aku jadi terbiasa dengannya, kadang dia jadikan aku teman curhatnya.., kadang pula dia kujadikan tempatku mengadu tentang segala keluh kesahku, pokoknya aku dan heru saat itu seperti sahabat sejati yang sudah saling membutuhkan antara satu dan lainnya. Jujur meskipun sudah saling membutuhkan antara satu dan lainnya, namun kami tidak pernah terjerat dengan perasaan-perasaan asmara, yang kutahu meskipun heru begitu dekat denganku, namun dai mulutnya sendiri dia selalu curhat tentang PeDeKaTenya dengan seorang gadis anak sekolah lain, dan sebagai sahabatnya saat itu, aku hanya memberi suport dan dukungan padanya, misalnya saja pada kondisi tertentu heru selalu memintaku membuatkanya surat cinta yang romantis untuk gadis pujaannya itu, sebut saja nama gadis itu Melinda, begitu juga bila ada surat balasan dari melinda maka akulah yang menjadi andalannya untuk membuat surat balasan gadis pujaannya itu.., jadi apapun yang terjadi anatara heru dan melinda maka akupun secara otomatis mengetahuinya, memang kalau kufikir2 aneh juga menilai kondisi itu, sebab semua rayuan gombal yang ada dalam surat untuk kekasihnya itu adalah rayuan gombal hasil karyaku, bahkan dalam kondisi tertentu Heru tak lagi mengedit kata-kata yang kutulis dalam surat itu, sebab dia yakin bahwa meskipun aku gadis tomboy yang tidak pernah ada romantis-romantisnya namun hasil karya mengarang dan merangkai pusiku pada pelajaran bahasa indonesia selalu diatas rata-rata.
Pendengar Nurani yang baik
Hari terus berganti, dan kebersamaan kamipun selalu terjalin, aku sendiri bingung, selama ini yang aku tahu kekasih pujaannya adalah Melinda, akan tetapi hampir setiap waktu Heru selalu ada bersamaku, bahkan yang aku tahu pula bahwa pada malam-malam tertentu dimana para remaja yang lagi kasmaran pada berkencan, saat itu heru malah bersamaku, entah itu belajar kelompok, latihan tenis atau dalam kegiatan2 lainnya, beberapa teman sekelaskupun sering merasa curiga antara hubunganku dengan Heru kala itu, tapi kecurigaan-kecurigaan itu mentah begitu saja manakala mereka menyaksikan bahwa tak jarang Melinda main kesekolah kami dan bertemu dengan Heru, aku sendiri tidak begitu peduli dengan kondisi tersebut, hingga pada suatu hari ada kakak kelasku “Benny” namanya secara terang-terangan dihadapan heru memberi perhatian lebih padaku, entah itu mentraktirku makan dikantin, menawarkan aku pulang bareng bila jam pulang tiba.., sebagai seorang gadis aku sendiri merasa tersanjung dengan perlakuan-perlakuan istimewa tersebut, tapi jujur jauh dari lubuk hatiku tak sedikitpun ada rasayang membekas dalam hatiku, entah itu suka atau cinta, yang aku tahu bahwa aku telah terbiasa berteman dan bergaul dengan para cowok, tetapi yang sangat aneh kurasakan adalah sikap Heru, dia selalu memperlihatkan muka masam bila melihatku duduk atau ngobrol bareng Benny di teras kelas atau dikantin, aku sendiri tidak tahu apa maknanya, bahkan saking tak kuasa menahan emosinya, suatu ketika Heru memberi larangan tegas padaku untuk dekat dengan Benny, yaa alasannya agar aku tidak diusilin sama anak kelas III Ipa itu, menurutnya Benny lelaki hidung belang yang telah banyak mematahkan hati para gadis karena kegombalannya, dan dengan alasan itu pula Heru memberikan statement keras padaku untuk tidak terlalu meladeni tawarannya. Akirnya atas nama persahabatan akupun berusaha untuk menolak halus setiap tawarannya benny, baik itu makan siang saat istirahat sekolah ataupun tawarannya untuk mengantarkan aku pulang. Dan aku berharap Heru senang dengan semua itu, dan Alhamdulillah benar saja.., ternyata heru menyambut gembira dengan keputusanku itu, menurutnya sebagai sahabat dia tidak ingin melihatku menangis hanya karena lelaki, bahkan dia memberiku ruang untuk bergaul dengan siapa saja asal saja bukan dengan Benny...
Pendengar Nurani yang budiman
Perjalanan waktu akhirnya kembali membawaku pada sebuah perkenalan dengan seorang anak TIM volly Ball asal sekolah lain, dan perkenalan itupun diketahui oleh heru, semula kufikir dia akan baik-baik saja mendapati semua itu, apalagi dengan statementnya dulu bahwa aku bisa berteman dan begaul dengan siapa saja asal jangan dengan Benny, tetapi entah apa motifasinya lagi-lagi Heru melarangku bergaul dengan cowok asal sekolah tetangga itu, menurutnya tidak ada laki-laki yang tergabung dalam Tim Volly itu yang tidak mata keranjang, dan dia tidak ingin aku berhubungan lebih jauh dengan cowok kenalan baruku itu, dan lagi-lagi untuk menyenangkan hatinya akupun memilih menuruti apa kata heru, pernah suatu hari Heru bertengkar dengan melinda didepanku hanya karena rasa cemburnya melinda yang merasa bahwa perhatian Heru padaku lebih besar dari pada perahatian heru padanya, saat itu aku merasa sangat bersalah sekali, meskipun jiwaku tomboy, tetapi aku memahami perasaan melinda, dan aku tahu rasa cemburu itu hadir karena besarnya rasa cintanya pada heru, pendengar.., sejak saat itu aku mulai membatasi diri bertemu dengan Heru, pertemuan kami terjadi hanya saat dalam kelas saja, selebihnya aku berusaha menjauhinya, kondisi itu terjadi hampir sepekan, hingga akhirnya pada saat jam istiraht tiba, heru menemuiku dan menanyakan tentang perubahanku selama ini padanya, saat itu aku bingung harus menjawab apa, hingga tanpa sadar aku utarakan alasanku dihadapannya, bahwa semua ini aku lakukan demi menjaga hubungannya dengan melinda, aku juga menyampaikan bahwa aku tidak ingin menjadi duri dalam kehidupan mereka berdua, jujr semua itu aku sampaikan dengan jelas pada heru agar dia tahu bahwa niatku baik, tetapi ternyata heru marah besar atas semua itu, bahkan dia mengancam akan berhenti sekolah kalau sikapku padanya masih seperti itu, menurutnya selama ini tidak ada masalah antara dia dan melinda, menurutnya lagi kalaupun ada masalah diantara mereka maka bukan aku penyebabnya. Mendengar semua itu aku jadi terdiam dan tak tahu harus berbuat apa, kondisi itu memaksaku kembali untuk bersikap seperti biasa lagi dengan Heru, hingga suatu hari Dinas P dan K Tingkat II diaderahku mengadakan Perjusami (Perkemahan Jum’at, Sabtu dan minggu) dan saat itu semua sekolah mengikuti kegiatan itu, termasuk sekolahku dan sekolahnya melinda, semula tak ada masalah apa-apa yang terjadi saat itu, semenara Heru sehari sebelum kegiatan itu diadakan berangkat Kemanado mewakili sekolahku bertanding Tenis Meja, menurut Heru dia akan ikut kegiatan itu setelah tiba hari Sabtu malamnya, tetapi sebelum kembalinya Heru dari manado, 3x aku melihat melinda begitu mesranya bercengkrama dengan seorang anak Voly asal sekolah tetanggaku dan sekolah tetangganya pula, dari gelagat mereka aku melihat sepertinya hubungan itu bukan lagi sekedar teman, sebab sulit digambarkan ada sepasang teman yang semesra itu berprilaku bahkan dihadapan orang banyak, menyaksikan semua itu aku geram bercampur marah, sebab sikap melinda dibelakang heru ternyata sulit di mengerti bahkan teramat sulit dimaafkan, dan kondisi kemesraan itu tidak hanya sekali kusaksikan, hingga akhirnya pada malam ahdanya dimana heru kembali dari manado, akhirnya kuceritakan semua itu ke dia, dengan harapan agar heru bisa lebih bijak menyikapi masalah itu, tetapi..yang terjadi malah sungguh menyakitkan.., betapa tidak.., setelah heru mendengar penuturanku tentang sikap melinda saat itu, dia langsung bergegas mencari melinda dan kurang lebih 10 menit kemudian datang lagi dan menyampakain kemarahanya padaku, dituduhnya aku memfitnah melinda, dikata-katainya aku gadis perkasa yang tidak ada rasa kewanitannya sama sekali, entah apa yang didengar dari melinda saat itu, yang jelas heru begitu marahnya padaku saat itu, dan yang paling menyakitkan lagi buatku adalah dia menuduhku menginginkan hancurnya hubungannya dengan melinda, dan kata terakhir yang teramat menyesakkan dadaku yang keluar dari mulutnya adalah :
“Heh gadis perkasa.., kita memang temenan, bukan hanya setahun atau dua tahun tetapi sejak SMP, tetapi bukan berarti semua yang kau inginkan harus aku turuti..., oke..selama ini aku akui bahwa aku begitu perhatian padamu.., tapi jangan salah memahami dong.., sebab perhatian itu tidak lebih untukmu.., itu semua kulakukan karena kau sahabatku..., bukan karena aku cinta sama kamu.., enak saja.., dan apakah kau fikir karena kita sudah temenan lama lantas kau bebas mengatur hidupku.., kalau itu yang ada dalam benakmu maka kau salah gadis perkasa..., sekali lagi kau salah.., kau camkan baik-baik.., bila saat ini aku disuru memilih antara kau dan melinda, maka aku 1000% akan sangat memilih melinda...dan dari pada kau akan mengacaukan hubunganku dengan melinda dan selalu menjadi racun diantara kami, maka mulai hari ini, kita cukupkan sampai disini persahabatan kita, camkan itu baik-baik gadis perkasa...”  ujar heru sambil berlalu meninggalkan aku yang tengah terpaku dengan terdiam seribu basa, dan untuk pertama kalinya seumur hidupku aku menetskan air mata saat itu, aku tidak tahu mengapa aku menangis , yang aku tahu saat itu bahwa aku telah salah menilai heru, sahabat baikku yang telah hampir 5 tahun bersamaku.
Pendengar Nurani yang budiman
Sejak saat itu aku tak lagi berkomunikasi dengan heru, aku sendiri tak tahu apakah aku masih mengahrapkanya untuk menjadi sahabaku atau tidak, yang jelas hatiku telah terluka dengan kata-katanya saat itu, dan saat memasuki kelas 3 SMA aku memilih mengambil jurusan IPA meskipun aku tahu kemampuanku ada dijurusan bahasa, semua itu aku lakukan agar aku tak lagi sekelas dengan heru dan tidak setiap saat berjumpa dengannya. Dan ALHAMDUILLAH, yang membuat aku bersyukur saat itu, perpisahanku dengan Heru membuatku matang mengikuti sebuah kajian di Rohis sekolah, sebuah kajian yang dulunya aku remehkan karena tidak selaras dengan keinginanku, dan sejak mengikuti kajian rutin disana, semakin membawaku pada sebuah kedamaian yang selama ini tidak pernah aku dapatkan, dari kajian itu pula mematangkan keputusanku untuk keluar dari Tim Volly Ball Putri dan dari Tim sejumlah cabang olah raga yang selama ini aku ikuti, bahkan sejak saat itu aku yang tidak mengenakan jilbab akhirnya dengan tanpa paksaan siapapun mulai mengenakan jilbab, bukan saja jilbab segitiga tetapi langsung menggunakan jilbab panjang meskiupn awalnya melewati begitu banyak tantangan, bukan saja dari para siswa yang hadir mencemoohku, tetapi tantangan itu juga datang dari sejumlah Guru-guru yang merasa kecewa dengan keputusanku keluar dari sejumlah tim cabang olah raga, sebab mereka sangat membutuhkan aku dalam memperkuat tim itu, tapi lagi-lagi karena cintaku pada Allah, aku memilih meninggalkan semua itu meskipun awalnya masih sering muncul rasa rinduku dengan kebiasan2ku saat latihan dengan teman-teman, aku sangat bersyukur sekali karena para akhwat dan pembina kami di rohis selalu memberi motifasi dan arahan yang positif padakumi, pun termasuk larangan menggunakan Jilbab saat berfoto untuk kelengkapan berkas ijazah menjelang kelulusan, dan Alhamdulillah, dengan keyakinan yang mapan.., aku selalu berada dibarisan paling depan mempertahankan syariat yang sangat bertentangan dengan aturan sekolah saat itu, termasuk rela diancam akan di D.O atau tidak diikutkan dalam Ujian Nasional bila masih menetang aturan itu, akan tetapi sungguh benar janji Allah, bahwa DIA akan menolong setiap hambanya yang selalu menyediakan waktunya untuk menolong agama-Nya, hingga akhirnya aku dan sejumlah akhwat lainnya mampu melewati masa sulit itu dengan sebuah kemenangan bahwa kami akhirnya dibolehkan menggunakan foto dalam ijazah dengan menggunakan jilbab, demikianlah.. Alhamdulillah hidayah yang diamanahkan oleh Allah padaku membuatku mampu keluar dari masa laluku, kebiasaan-kebiasaanku mapun ketergantunganku pada orang2 tertentu termasuk mampu melupakan Heru dalam sejarah hidupku.., bahkan sikap feminim yang sangat jauh dari hidupku akhirnya perlahan-lahan mulai menghiasi hari-hariku, pokoknya jadi 100% cewek.
Pedengar Nurani yang baik
Perjalanan waktu akhirnya membawaku pada sebuah kehidupan yang Alhamadulillah benar-benar merubahku, setelah menamatkan studiku di SMA dulu aku memilih mengambil kesempatan kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri di Sulawesi Selatan saat aku dinyatakan lulus tanpa seleksi masuk perguruan Tinggi negeri di sebuah fakultas yang memang aku incar, dan dikampus inilah aku kembali mengukir sejarah indah dalam medan akwah bersama akhwat-akhwatku tercinta, aktif di Lembaga Dakwah kampus, aktif di menghadiri majelis-majelis ilmu dan tabiyah yang intens, bahkan tak kala serunya telah  banyak event2 besar telah aku laksanakan bersama sejumlah akhwat lainnya, Alhamdulillah aku begitu bahagia saat itu, dan dengan semangat yang selalu berkobar itu akhirnya teman-teman akhwatku tercinta memanggilku Ukhti Mujahdah dan nama aida sejak saat itu hilang entah kemana?, saking hampir 99% lingkunagnku bergelut adalah lingkungan dakwah maka nama Mujahidah-lah yang justru sangat melekat dalam diriku, sementara aida tinggalah menjadi sebuah nama kecil yang melekat dikartu identitasku dan juga ijazah2ku.
Alhamdulillah memasuki semester 5 aku telah matang dengan keputusanku menggunakan niqab (Cadar) sementara dari kedua orang tuaku sendiri alhamdulillah tidak terlalu mempersoalkannya sebab dakwah fardiyahku selalu lancar pada mereka, entah itu lewat SMS atau Telepon karena kami terpisah jarak, ataupun saat aku pulang liburan atau pada saat mereka datang menengokku diasrama, bahkan dari mulut mama dan papa sendiri aku dengar bahwa mereka bangga dengan perubahanku saat itu, dan dengan bekal kepercayaan mereka juga akhirnya ke 2 adikkupun diminta sekolah di kota dimana aku kuliah dan aku diminta untuk mengurus mereka, dengan izin Allah yang begitu memberiku banyak kemudahan dalam urusan itu, akhirnya kedua adikkupun kutuntun untuk aktif dalam kajian islam di sebuah yayasan dimana aku bernaung saat itu, Alhamdulillah mereka menjadi rajin ikut tarbiyah dan kegiatan-kegiatan dakwah lainnya, bahkan yang paling membuatku bahagia, bahwa dengan sadarnya kedua adikku menyatakan ingin melanjutkan kuliah di STIBA bila mereka tamat Sekolah nanti, Alhamdulillah...
Pendengar Nurani yang budiman
Hampir 5 Tahun lamanya aku telah melewatkan hidupku di kota ini, dikota dimana aku telah banyak mengukir sejarah disini, bahkan aku sendiri telah berhasil menamatkan S-1ku, tetapi atas permintaan ayah dan ibu aku diminta untuk tetap dikota ini sambil mengurus adik-adikku yang sedang sekolah, dan sbuah kebahagiaan yang luar biasa bagiku saat aku ditelepon oleh seorang akhwat dikampung bahwa ada seorang ikhwah yang berniat ingin mengkhitbah aku, bahkan sang ikhwah sudah menghadap kedua orang tuaku untuk melamar aku secara langsung dihadapan kedua orang tuaku, menurut mut’mainnah akhwat yang menghubungi kala itu, bahwa ikhwah tersebut telah menamatkan S-1 di kota yang sama tempat aku kuliah dulu, ketika kutanyakan aktifitas tarbiyahnya, sang akhwat menyampaikan bahwa sang ikhwah sudah hampir 5 tahun aktif tarbiyah selama kuliah dulu, bahkan termasuk aktifis dikalangan ikhwah, “Alhamdulillah” ujarku dalam hati kala itu, dan dua hari setelah ditelepon akhwat itu tiba-tiba ayah dan ibuku menelponku dan memintaku untuk pulang kekampung dulu, menurut beliau penting sekali. Saat itu meskipun aku sudah bisa memprediksi bahwa maksud permintaan pulang itu karena ada lamaran dari ikhwah untukku namun aku berusaha untuk menekan segala rasa yg timbul saat itu, segalanya aku serahkan kepada Allah, sebab DIA yang telah mengatur segalanya didunia ini, termasuk jodohku.
Pendengar Nurani yang baik
Benar saja, ternyata topik utama maksud mereka memanggilku pulang saat itu adalah karena sebuah pinangan yang telah datang untukku, menurut ayah segala keputusan diserahkan padaku, menolak atau menerima pinangan ikhwah itu, Alhamdulillah dakwah fardiyahku selama ini terbilang berhasil, sebab meskiupn belum tarbiyah tapi ayahku sudah sedikt banyak faham tentang dakwah syar’iyyah, bahkan ayakupun tak lagi memanjangkan celananya dan telah ada tumbuh beberapa helai jenggot didagunya, dan untuk urusan pinangan ini beliau telah faham dengan kriteria lelaki idamanku, makanya beliau menyerahkan segalanya padaku, saat itu karena dikampungku tidak ada yang namanya lembaga pernikahan yang syar’i maka semua proses menuju pernikahan itu dilalui langsung dengan arahan kedua orang tuaku yang sedikit banyak telah faham dengan walimah syar’iyyah, ikhwah yang bernama Abu Hanifah itu diundang kembali oleh ayah untuk membicarakan proses selanjutnya setelah mengantongi izin dariku yang memberikan lampu hijau atas lamaran itu, tetapi yang membuatku sedikt aneh dan janggal, ternyata ayahku tidak lagi melanjutkan ke proses ta’aruf dan nadzor padahal aku ingin sekalu mengenal calon suamiku, menurut ayah itu tak lagi penting karena sang ikhwah menurut papa sudah sangat aku kenal, terkejut aku mendengar semua pernyataan ayah saat itu, betapa tidak, selama aku jadi akhwat hingga hari itu tak ada satu nama ikhwahpun yang aku kenal, apalagi sudah sangat mengenalnya seperti kata ayah, namun demikian aku tetap memutar memoriku untuk sekedar menemukan jawaban dari semua itu, tapi lagi-lagi hasilnya nihil sebab aku tak menemukan bayangan ikhwah manapun dalam benakku, lalu siapa abu hanifah ini?, koq ayah begitu yakinnya menyampaikan padaku bahwa ikhwah itu sangat aku kenal dan telah sangat mengenalku.., hingga akhirnya segala tanda tanya dihatiku itu terjawab sudah manakala sang ikhwah dan ayahnya bersilaturahim kerumah atas undangan ayah, agenda pertemuan hari itu adalah membicarakan hari H pernikahan itu dan ongkos nikah yang disanggupi sang ikhwah untuk melamar aku, dan betapa kagetnya aku saat dibalik pintu tengah rumahku kudapati seorang lelaki yang sangat aku kenal, meskipun kali ini terlihat berbeda karena telah berjenggot lebat, memakai kopiah dan menggunakan busana muslim yang sangat rapi, dadaku bedetak kencang saat itu.., ya Allah..ternyata ikhwah yang bernama abu hanifah itu adalah Heru???!!!, lelaki yang pernah dekat denganku dulu dan akhirnya memutuskan persahabatan itu hanya karena kesalah fahaman??, haruskah aku menerimanya ya Allah setelah kata-kata terakhirnya dulu sebelum berpisah denganku dulu begitu menyakitkan aku..?, ujarku dalam hati saat itu..dan lembaran-lembaran kisah lama yang telah lama kututup rapat2 itu akhirnya terpaksa terkuak kembali, saat itu aku tidak tahu apakah aku harus bahagia atau menyesal, aku menjadi bingung.., sebab meskipun heru pernah sangat dekat denganku, akan tetapi kata-katanya dulu begitu menyakitkan bila aku ingat kembali...ya Allah..apa yang harus aku lakukan?, sementara aku sendiri telah menerima lamaran ikhwah itu?, dan ayah sudah terlanjur menyampaikan jawabanku pada ikhwah dan ayahnya itu?, saat itu hatiku bergemuruh, rayuan dan bujukan syetan mulai memerangi hatiku?, tetapi aku terus berusaha meredamnya dengan kalimat istigfar yang ahirnya membawaku pada sebuah kesadaran bahwa ini adalah rencana Allah, dan aku tidak berhak merusak rencana yang telah tersusun baik atas hidupku, dan hari itu juga jadilah penetapan tanggal pernikahanku, diawal bulan 3 tahun 2008.
Pendengar Nurani yang baik
Rencana Allah memang susah ditebak, siapa sangka ternyata sahabat lamaku, bahkan orang yang sempat aku benci kini telah menjadi suamiku, dan telah memberiku seorang Putra..,sunggu lucu kedengarannya, tetapi nyata aku alami dan telah aku lalui.., aku sendiri dan suami kadang masih terus bertanya NYATAKAH semua ini?, aku yang dulu dikatakannya gadis perkasa karena ke-tomboy-anku, kini bahka telah menjadi seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya..subhanallah..
Pendengar Nurani yang baik
Demikianlah kisahku dimalam hari ini.., semoga ada hikmah yang dapat dipetik dari kisah perjalanan hidupku ini..
Wassalam

Aida

Silahkan yang mau Share atau Copy Paste dengan syarat tidak menambah atau mengurangi isi dari kisah ini, jazakumullahu khairan
Dari Aida di Sulsel
Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Pendengar Nurani yang budiman
Cintailah seseorang sekedarnya saja, sebab siapa tahu orang yang kita cintai saat ini akan menjadi orang yang paling kita benci pada satu kondisi kelak, dan bencilah seseorang sekedarnya saja sebab siapa tahu aja orang yang kita benci saat ini akan berubah menjadi orang yang paling kita cintai di kelak hari nanti, seperti halnya yang aku alami saat ini, kebencianku yang teramat sangat pada seseorang dulu saat jahiliyahku, ternyata berubah tanpa keinginanku.., yaa Rasa benci yang akhirnya berubah menjadi rasa cinta.
Pendengar Nurani yang baik
Kuawali kisahku ini dengan peristiwa silamku dimasa jahiliyah, aku adalah seorang gadis bandel yang dibesarkan dari sebuah keluarga sederhana dengan disiplin dan aturan yang sangat ketat, aku sendiri merupakan anak sulung dari 3 bersaudara, kehidupan dan tempaan aturan keluarga yang sangat keras dan ketat membawaku pada sebuah karakter yang jauh dari sifat feminim layaknya gadis-gadis pada umumnya, ditambah lagi dengan kehadiran 2 adikku lainnya yang ternayata adalah laki-laki, yang membuatku harus menerima kenyataan bahwa dari kecilku, teman bermainku didominasi oleh anak laki-laki. Begitulah..., akhirnya seorang aida tumbuh menjadi gadis tomboy dengan dikelilingi teman-teman cowok setiap harinya, dan kebiasaan itu menjadi hal yang lumrah dimata keluargaku, sebab aku sendiri menduga, bahwa mungkin kedua orang tuaku memang menginginkan aku menjadi anak yang tangguh dan tidak cengeng di hari esok nanti.
Pendengar Nurani yang baik
Kebiasaan berteman dengan anak-anak cowok itu ternyata terbawa hingga aku remaja, bukan hanya saja saat aku duduk dibangku SD dan SMP, akan tetapi juga terbawa hingga aku memasuki SMA, sebut saja Heru, seorang lelaki yang sejak kelas 1 SMP telah menjadi sahabat akrabku, bukan hanya saja akrab di kelas, tetapi juga pada event-event sekolah lainnya, seperti tenis meja, Volly ball dan bulu tangkis, ketiga cabang olah raga ini adalah hoby yang telah kumiliki sejak SMP pun demikian dengan Heru, yaahh.., boleh dibilang diantara teman-teman cowok lainnya Heru-lah temanku yang paling lama, yaitu sejak kelas 1 SMP hingga kelas 2 SMA, maklum entah karena sengaja atau kebetulan sajam kami selalu dipertemukan di sekolah dan kelas yang sama, berbeda dengan teman-teman cowok lainnya, ada yang setelah tamat SMP memilih sekolah di tempat lain, ada juga yang tetap memilih disekolah yang sama tetapi berbeda kelas, tetapi Heru, dia teman SMPku yang selalu membuntutiku baik sekolah maupun kelas dimana aku berada, dan hal itu juga membuat aku jadi terbiasa dengannya, kadang dia jadikan aku teman curhatnya.., kadang pula dia kujadikan tempatku mengadu tentang segala keluh kesahku, pokoknya aku dan heru saat itu seperti sahabat sejati yang sudah saling membutuhkan antara satu dan lainnya. Jujur meskipun sudah saling membutuhkan antara satu dan lainnya, namun kami tidak pernah terjerat dengan perasaan-perasaan asmara, yang kutahu meskipun heru begitu dekat denganku, namun dai mulutnya sendiri dia selalu curhat tentang PeDeKaTenya dengan seorang gadis anak sekolah lain, dan sebagai sahabatnya saat itu, aku hanya memberi suport dan dukungan padanya, misalnya saja pada kondisi tertentu heru selalu memintaku membuatkanya surat cinta yang romantis untuk gadis pujaannya itu, sebut saja nama gadis itu Melinda, begitu juga bila ada surat balasan dari melinda maka akulah yang menjadi andalannya untuk membuat surat balasan gadis pujaannya itu.., jadi apapun yang terjadi anatara heru dan melinda maka akupun secara otomatis mengetahuinya, memang kalau kufikir2 aneh juga menilai kondisi itu, sebab semua rayuan gombal yang ada dalam surat untuk kekasihnya itu adalah rayuan gombal hasil karyaku, bahkan dalam kondisi tertentu Heru tak lagi mengedit kata-kata yang kutulis dalam surat itu, sebab dia yakin bahwa meskipun aku gadis tomboy yang tidak pernah ada romantis-romantisnya namun hasil karya mengarang dan merangkai pusiku pada pelajaran bahasa indonesia selalu diatas rata-rata.
Pendengar Nurani yang baik
Hari terus berganti, dan kebersamaan kamipun selalu terjalin, aku sendiri bingung, selama ini yang aku tahu kekasih pujaannya adalah Melinda, akan tetapi hampir setiap waktu Heru selalu ada bersamaku, bahkan yang aku tahu pula bahwa pada malam-malam tertentu dimana para remaja yang lagi kasmaran pada berkencan, saat itu heru malah bersamaku, entah itu belajar kelompok, latihan tenis atau dalam kegiatan2 lainnya, beberapa teman sekelaskupun sering merasa curiga antara hubunganku dengan Heru kala itu, tapi kecurigaan-kecurigaan itu mentah begitu saja manakala mereka menyaksikan bahwa tak jarang Melinda main kesekolah kami dan bertemu dengan Heru, aku sendiri tidak begitu peduli dengan kondisi tersebut, hingga pada suatu hari ada kakak kelasku “Benny” namanya secara terang-terangan dihadapan heru memberi perhatian lebih padaku, entah itu mentraktirku makan dikantin, menawarkan aku pulang bareng bila jam pulang tiba.., sebagai seorang gadis aku sendiri merasa tersanjung dengan perlakuan-perlakuan istimewa tersebut, tapi jujur jauh dari lubuk hatiku tak sedikitpun ada rasayang membekas dalam hatiku, entah itu suka atau cinta, yang aku tahu bahwa aku telah terbiasa berteman dan bergaul dengan para cowok, tetapi yang sangat aneh kurasakan adalah sikap Heru, dia selalu memperlihatkan muka masam bila melihatku duduk atau ngobrol bareng Benny di teras kelas atau dikantin, aku sendiri tidak tahu apa maknanya, bahkan saking tak kuasa menahan emosinya, suatu ketika Heru memberi larangan tegas padaku untuk dekat dengan Benny, yaa alasannya agar aku tidak diusilin sama anak kelas III Ipa itu, menurutnya Benny lelaki hidung belang yang telah banyak mematahkan hati para gadis karena kegombalannya, dan dengan alasan itu pula Heru memberikan statement keras padaku untuk tidak terlalu meladeni tawarannya. Akirnya atas nama persahabatan akupun berusaha untuk menolak halus setiap tawarannya benny, baik itu makan siang saat istirahat sekolah ataupun tawarannya untuk mengantarkan aku pulang. Dan aku berharap Heru senang dengan semua itu, dan Alhamdulillah benar saja.., ternyata heru menyambut gembira dengan keputusanku itu, menurutnya sebagai sahabat dia tidak ingin melihatku menangis hanya karena lelaki, bahkan dia memberiku ruang untuk bergaul dengan siapa saja asal saja bukan dengan Benny...
Pendengar Nurani yang budiman
Perjalanan waktu akhirnya kembali membawaku pada sebuah perkenalan dengan seorang anak TIM volly Ball asal sekolah lain, dan perkenalan itupun diketahui oleh heru, semula kufikir dia akan baik-baik saja mendapati semua itu, apalagi dengan statementnya dulu bahwa aku bisa berteman dan begaul dengan siapa saja asal jangan dengan Benny, tetapi entah apa motifasinya lagi-lagi Heru melarangku bergaul dengan cowok asal sekolah tetangga itu, menurutnya tidak ada laki-laki yang tergabung dalam Tim Volly itu yang tidak mata keranjang, dan dia tidak ingin aku berhubungan lebih jauh dengan cowok kenalan baruku itu, dan lagi-lagi untuk menyenangkan hatinya akupun memilih menuruti apa kata heru, pernah suatu hari Heru bertengkar dengan melinda didepanku hanya karena rasa cemburnya melinda yang merasa bahwa perhatian Heru padaku lebih besar dari pada perahatian heru padanya, saat itu aku merasa sangat bersalah sekali, meskipun jiwaku tomboy, tetapi aku memahami perasaan melinda, dan aku tahu rasa cemburu itu hadir karena besarnya rasa cintanya pada heru, pendengar.., sejak saat itu aku mulai membatasi diri bertemu dengan Heru, pertemuan kami terjadi hanya saat dalam kelas saja, selebihnya aku berusaha menjauhinya, kondisi itu terjadi hampir sepekan, hingga akhirnya pada saat jam istiraht tiba, heru menemuiku dan menanyakan tentang perubahanku selama ini padanya, saat itu aku bingung harus menjawab apa, hingga tanpa sadar aku utarakan alasanku dihadapannya, bahwa semua ini aku lakukan demi menjaga hubungannya dengan melinda, aku juga menyampaikan bahwa aku tidak ingin menjadi duri dalam kehidupan mereka berdua, jujr semua itu aku sampaikan dengan jelas pada heru agar dia tahu bahwa niatku baik, tetapi ternyata heru marah besar atas semua itu, bahkan dia mengancam akan berhenti sekolah kalau sikapku padanya masih seperti itu, menurutnya selama ini tidak ada masalah antara dia dan melinda, menurutnya lagi kalaupun ada masalah diantara mereka maka bukan aku penyebabnya. Mendengar semua itu aku jadi terdiam dan tak tahu harus berbuat apa, kondisi itu memaksaku kembali untuk bersikap seperti biasa lagi dengan Heru, hingga suatu hari Dinas P dan K Tingkat II diaderahku mengadakan Perjusami (Perkemahan Jum’at, Sabtu dan minggu) dan saat itu semua sekolah mengikuti kegiatan itu, termasuk sekolahku dan sekolahnya melinda, semula tak ada masalah apa-apa yang terjadi saat itu, semenara Heru sehari sebelum kegiatan itu diadakan berangkat Kemanado mewakili sekolahku bertanding Tenis Meja, menurut Heru dia akan ikut kegiatan itu setelah tiba hari Sabtu malamnya, tetapi sebelum kembalinya Heru dari manado, 3x aku melihat melinda begitu mesranya bercengkrama dengan seorang anak Voly asal sekolah tetanggaku dan sekolah tetangganya pula, dari gelagat mereka aku melihat sepertinya hubungan itu bukan lagi sekedar teman, sebab sulit digambarkan ada sepasang teman yang semesra itu berprilaku bahkan dihadapan orang banyak, menyaksikan semua itu aku geram bercampur marah, sebab sikap melinda dibelakang heru ternyata sulit di mengerti bahkan teramat sulit dimaafkan, dan kondisi kemesraan itu tidak hanya sekali kusaksikan, hingga akhirnya pada malam ahdanya dimana heru kembali dari manado, akhirnya kuceritakan semua itu ke dia, dengan harapan agar heru bisa lebih bijak menyikapi masalah itu, tetapi..yang terjadi malah sungguh menyakitkan.., betapa tidak.., setelah heru mendengar penuturanku tentang sikap melinda saat itu, dia langsung bergegas mencari melinda dan kurang lebih 10 menit kemudian datang lagi dan menyampakain kemarahanya padaku, dituduhnya aku memfitnah melinda, dikata-katainya aku gadis perkasa yang tidak ada rasa kewanitannya sama sekali, entah apa yang didengar dari melinda saat itu, yang jelas heru begitu marahnya padaku saat itu, dan yang paling menyakitkan lagi buatku adalah dia menuduhku menginginkan hancurnya hubungannya dengan melinda, dan kata terakhir yang teramat menyesakkan dadaku yang keluar dari mulutnya adalah :
“Heh gadis perkasa.., kita memang temenan, bukan hanya setahun atau dua tahun tetapi sejak SMP, tetapi bukan berarti semua yang kau inginkan harus aku turuti..., oke..selama ini aku akui bahwa aku begitu perhatian padamu.., tapi jangan salah memahami dong.., sebab perhatian itu tidak lebih untukmu.., itu semua kulakukan karena kau sahabatku..., bukan karena aku cinta sama kamu.., enak saja.., dan apakah kau fikir karena kita sudah temenan lama lantas kau bebas mengatur hidupku.., kalau itu yang ada dalam benakmu maka kau salah gadis perkasa..., sekali lagi kau salah.., kau camkan baik-baik.., bila saat ini aku disuru memilih antara kau dan melinda, maka aku 1000% akan sangat memilih melinda...dan dari pada kau akan mengacaukan hubunganku dengan melinda dan selalu menjadi racun diantara kami, maka mulai hari ini, kita cukupkan sampai disini persahabatan kita, camkan itu baik-baik gadis perkasa...”  ujar heru sambil berlalu meninggalkan aku yang tengah terpaku dengan terdiam seribu basa, dan untuk pertama kalinya seumur hidupku aku menetskan air mata saat itu, aku tidak tahu mengapa aku menangis , yang aku tahu saat itu bahwa aku telah salah menilai heru, sahabat baikku yang telah hampir 5 tahun bersamaku.
Pendengar Nurani yang budiman
Sejak saat itu aku tak lagi berkomunikasi dengan heru, aku sendiri tak tahu apakah aku masih mengahrapkanya untuk menjadi sahabaku atau tidak, yang jelas hatiku telah terluka dengan kata-katanya saat itu, dan saat memasuki kelas 3 SMA aku memilih mengambil jurusan IPA meskipun aku tahu kemampuanku ada dijurusan bahasa, semua itu aku lakukan agar aku tak lagi sekelas dengan heru dan tidak setiap saat berjumpa dengannya. Dan ALHAMDUILLAH, yang membuat aku bersyukur saat itu, perpisahanku dengan Heru membuatku matang mengikuti sebuah kajian di Rohis sekolah, sebuah kajian yang dulunya aku remehkan karena tidak selaras dengan keinginanku, dan sejak mengikuti kajian rutin disana, semakin membawaku pada sebuah kedamaian yang selama ini tidak pernah aku dapatkan, dari kajian itu pula mematangkan keputusanku untuk keluar dari Tim Volly Ball Putri dan dari Tim sejumlah cabang olah raga yang selama ini aku ikuti, bahkan sejak saat itu aku yang tidak mengenakan jilbab akhirnya dengan tanpa paksaan siapapun mulai mengenakan jilbab, bukan saja jilbab segitiga tetapi langsung menggunakan jilbab panjang meskiupn awalnya melewati begitu banyak tantangan, bukan saja dari para siswa yang hadir mencemoohku, tetapi tantangan itu juga datang dari sejumlah Guru-guru yang merasa kecewa dengan keputusanku keluar dari sejumlah tim cabang olah raga, sebab mereka sangat membutuhkan aku dalam memperkuat tim itu, tapi lagi-lagi karena cintaku pada Allah, aku memilih meninggalkan semua itu meskipun awalnya masih sering muncul rasa rinduku dengan kebiasan2ku saat latihan dengan teman-teman, aku sangat bersyukur sekali karena para akhwat dan pembina kami di rohis selalu memberi motifasi dan arahan yang positif padakumi, pun termasuk larangan menggunakan Jilbab saat berfoto untuk kelengkapan berkas ijazah menjelang kelulusan, dan Alhamdulillah, dengan keyakinan yang mapan.., aku selalu berada dibarisan paling depan mempertahankan syariat yang sangat bertentangan dengan aturan sekolah saat itu, termasuk rela diancam akan di D.O atau tidak diikutkan dalam Ujian Nasional bila masih menetang aturan itu, akan tetapi sungguh benar janji Allah, bahwa DIA akan menolong setiap hambanya yang selalu menyediakan waktunya untuk menolong agama-Nya, hingga akhirnya aku dan sejumlah akhwat lainnya mampu melewati masa sulit itu dengan sebuah kemenangan bahwa kami akhirnya dibolehkan menggunakan foto dalam ijazah dengan menggunakan jilbab, demikianlah.. Alhamdulillah hidayah yang diamanahkan oleh Allah padaku membuatku mampu keluar dari masa laluku, kebiasaan-kebiasaanku mapun ketergantunganku pada orang2 tertentu termasuk mampu melupakan Heru dalam sejarah hidupku.., bahkan sikap feminim yang sangat jauh dari hidupku akhirnya perlahan-lahan mulai menghiasi hari-hariku, pokoknya jadi 100% cewek.
Pedengar Nurani yang baik
Perjalanan waktu akhirnya membawaku pada sebuah kehidupan yang Alhamadulillah benar-benar merubahku, setelah menamatkan studiku di SMA dulu aku memilih mengambil kesempatan kuliah di sebuah perguruan tinggi negeri di Sulawesi Selatan saat aku dinyatakan lulus tanpa seleksi masuk perguruan Tinggi negeri di sebuah fakultas yang memang aku incar, dan dikampus inilah aku kembali mengukir sejarah indah dalam medan akwah bersama akhwat-akhwatku tercinta, aktif di Lembaga Dakwah kampus, aktif di menghadiri majelis-majelis ilmu dan tabiyah yang intens, bahkan tak kala serunya telah  banyak event2 besar telah aku laksanakan bersama sejumlah akhwat lainnya, Alhamdulillah aku begitu bahagia saat itu, dan dengan semangat yang selalu berkobar itu akhirnya teman-teman akhwatku tercinta memanggilku Ukhti Mujahdah dan nama aida sejak saat itu hilang entah kemana?, saking hampir 99% lingkunagnku bergelut adalah lingkungan dakwah maka nama Mujahidah-lah yang justru sangat melekat dalam diriku, sementara aida tinggalah menjadi sebuah nama kecil yang melekat dikartu identitasku dan juga ijazah2ku.
Alhamdulillah memasuki semester 5 aku telah matang dengan keputusanku menggunakan niqab (Cadar) sementara dari kedua orang tuaku sendiri alhamdulillah tidak terlalu mempersoalkannya sebab dakwah fardiyahku selalu lancar pada mereka, entah itu lewat SMS atau Telepon karena kami terpisah jarak, ataupun saat aku pulang liburan atau pada saat mereka datang menengokku diasrama, bahkan dari mulut mama dan papa sendiri aku dengar bahwa mereka bangga dengan perubahanku saat itu, dan dengan bekal kepercayaan mereka juga akhirnya ke 2 adikkupun diminta sekolah di kota dimana aku kuliah dan aku diminta untuk mengurus mereka, dengan izin Allah yang begitu memberiku banyak kemudahan dalam urusan itu, akhirnya kedua adikkupun kutuntun untuk aktif dalam kajian islam di sebuah yayasan dimana aku bernaung saat itu, Alhamdulillah mereka menjadi rajin ikut tarbiyah dan kegiatan-kegiatan dakwah lainnya, bahkan yang paling membuatku bahagia, bahwa dengan sadarnya kedua adikku menyatakan ingin melanjutkan kuliah di STIBA bila mereka tamat Sekolah nanti, Alhamdulillah...
Pendengar Nurani yang budiman
Hampir 5 Tahun lamanya aku telah melewatkan hidupku di kota ini, dikota dimana aku telah banyak mengukir sejarah disini, bahkan aku sendiri telah berhasil menamatkan S-1ku, tetapi atas permintaan ayah dan ibu aku diminta untuk tetap dikota ini sambil mengurus adik-adikku yang sedang sekolah, dan sbuah kebahagiaan yang luar biasa bagiku saat aku ditelepon oleh seorang akhwat dikampung bahwa ada seorang ikhwah yang berniat ingin mengkhitbah aku, bahkan sang ikhwah sudah menghadap kedua orang tuaku untuk melamar aku secara langsung dihadapan kedua orang tuaku, menurut mut’mainnah akhwat yang menghubungi kala itu, bahwa ikhwah tersebut telah menamatkan S-1 di kota yang sama tempat aku kuliah dulu, ketika kutanyakan aktifitas tarbiyahnya, sang akhwat menyampaikan bahwa sang ikhwah sudah hampir 5 tahun aktif tarbiyah selama kuliah dulu, bahkan termasuk aktifis dikalangan ikhwah, “Alhamdulillah” ujarku dalam hati kala itu, dan dua hari setelah ditelepon akhwat itu tiba-tiba ayah dan ibuku menelponku dan memintaku untuk pulang kekampung dulu, menurut beliau penting sekali. Saat itu meskipun aku sudah bisa memprediksi bahwa maksud permintaan pulang itu karena ada lamaran dari ikhwah untukku namun aku berusaha untuk menekan segala rasa yg timbul saat itu, segalanya aku serahkan kepada Allah, sebab DIA yang telah mengatur segalanya didunia ini, termasuk jodohku.
Pendengar Nurani yang baik
Benar saja, ternyata topik utama maksud mereka memanggilku pulang saat itu adalah karena sebuah pinangan yang telah datang untukku, menurut ayah segala keputusan diserahkan padaku, menolak atau menerima pinangan ikhwah itu, Alhamdulillah dakwah fardiyahku selama ini terbilang berhasil, sebab meskiupn belum tarbiyah tapi ayahku sudah sedikt banyak faham tentang dakwah syar’iyyah, bahkan ayakupun tak lagi memanjangkan celananya dan telah ada tumbuh beberapa helai jenggot didagunya, dan untuk urusan pinangan ini beliau telah faham dengan kriteria lelaki idamanku, makanya beliau menyerahkan segalanya padaku, saat itu karena dikampungku tidak ada yang namanya lembaga pernikahan yang syar’i maka semua proses menuju pernikahan itu dilalui langsung dengan arahan kedua orang tuaku yang sedikit banyak telah faham dengan walimah syar’iyyah, ikhwah yang bernama Abu Hanifah itu diundang kembali oleh ayah untuk membicarakan proses selanjutnya setelah mengantongi izin dariku yang memberikan lampu hijau atas lamaran itu, tetapi yang membuatku sedikt aneh dan janggal, ternyata ayahku tidak lagi melanjutkan ke proses ta’aruf dan nadzor padahal aku ingin sekalu mengenal calon suamiku, menurut ayah itu tak lagi penting karena sang ikhwah menurut papa sudah sangat aku kenal, terkejut aku mendengar semua pernyataan ayah saat itu, betapa tidak, selama aku jadi akhwat hingga hari itu tak ada satu nama ikhwahpun yang aku kenal, apalagi sudah sangat mengenalnya seperti kata ayah, namun demikian aku tetap memutar memoriku untuk sekedar menemukan jawaban dari semua itu, tapi lagi-lagi hasilnya nihil sebab aku tak menemukan bayangan ikhwah manapun dalam benakku, lalu siapa abu hanifah ini?, koq ayah begitu yakinnya menyampaikan padaku bahwa ikhwah itu sangat aku kenal dan telah sangat mengenalku.., hingga akhirnya segala tanda tanya dihatiku itu terjawab sudah manakala sang ikhwah dan ayahnya bersilaturahim kerumah atas undangan ayah, agenda pertemuan hari itu adalah membicarakan hari H pernikahan itu dan ongkos nikah yang disanggupi sang ikhwah untuk melamar aku, dan betapa kagetnya aku saat dibalik pintu tengah rumahku kudapati seorang lelaki yang sangat aku kenal, meskipun kali ini terlihat berbeda karena telah berjenggot lebat, memakai kopiah dan menggunakan busana muslim yang sangat rapi, dadaku bedetak kencang saat itu.., ya Allah..ternyata ikhwah yang bernama abu hanifah itu adalah Heru???!!!, lelaki yang pernah dekat denganku dulu dan akhirnya memutuskan persahabatan itu hanya karena kesalah fahaman??, haruskah aku menerimanya ya Allah setelah kata-kata terakhirnya dulu sebelum berpisah denganku dulu begitu menyakitkan aku..?, ujarku dalam hati saat itu..dan lembaran-lembaran kisah lama yang telah lama kututup rapat2 itu akhirnya terpaksa terkuak kembali, saat itu aku tidak tahu apakah aku harus bahagia atau menyesal, aku menjadi bingung.., sebab meskipun heru pernah sangat dekat denganku, akan tetapi kata-katanya dulu begitu menyakitkan bila aku ingat kembali...ya Allah..apa yang harus aku lakukan?, sementara aku sendiri telah menerima lamaran ikhwah itu?, dan ayah sudah terlanjur menyampaikan jawabanku pada ikhwah dan ayahnya itu?, saat itu hatiku bergemuruh, rayuan dan bujukan syetan mulai memerangi hatiku?, tetapi aku terus berusaha meredamnya dengan kalimat istigfar yang ahirnya membawaku pada sebuah kesadaran bahwa ini adalah rencana Allah, dan aku tidak berhak merusak rencana yang telah tersusun baik atas hidupku, dan hari itu juga jadilah penetapan tanggal pernikahanku, diawal bulan 3 tahun 2008.
Pendengar Nurani yang baik
Rencana Allah memang susah ditebak, siapa sangka ternyata sahabat lamaku, bahkan orang yang sempat aku benci kini telah menjadi suamiku, dan telah memberiku seorang Putra..,sunggu lucu kedengarannya, tetapi nyata aku alami dan telah aku lalui.., aku sendiri dan suami kadang masih terus bertanya NYATAKAH semua ini?, aku yang dulu dikatakannya gadis perkasa karena ke-tomboy-anku, kini bahka telah menjadi seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya..subhanallah..
Pendengar Nurani yang baik
Demikianlah kisahku dimalam hari ini.., semoga ada hikmah yang dapat dipetik dari kisah perjalanan hidupku ini..
Wassalam

Aida

Silahkan yang mau Share atau Copy Paste dengan syarat tidak menambah atau mengurangi isi dari kisah ini, jazakumullahu khairan